Rabu, 16 Desember 2015

makalah strategi tata letak




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bagi keseluruhan perusahaan jenis apapun, baik yang bergerak dalam bidang manufaktur ataupun jasa tentu menyadari bahwa kelangsungan hidup perusahaan jauh lebih penting dibanding hanya laba yang besar semata.
Untuk mendapatkan keuntungan, produk yang dihasilkan harus sesuai dengan keinginan konsumen dan mampu menjadikan konsumen merasakan kepuasan terhadap produk yang disediakan. Biasanya masalah yang akan timbul adalah lokasi dimana perusahaan akan didirikan serta letak-letak dari masing-masing departemen dari perusahaan tersebut.
Hal ini sangatlah penting, karena lokasi berdirinya perusahaan tersebut akan mempengaruhi bukan saja komponen internal perusahaan tetapi juga komponen eksternal serta variable yang berkaitan. Begitu juga dengan perencanaan tata letak yang tepat akan bermanfaat bagi efisiensi  dan kelancaran aktifitas dari perusahaan tersebut, sehingga beban atau biaya aliran material yang tidak diperlukan bisa dihilangkan atau diminimalisasikan.
Manajemen produksi dan operasi mencakup penyediaan dan pemeliharaan bangunan-bangunan dan berbagai pelayanan yang dibutuhkan untuk menempatkan, menyimpan, melindungi dan melayani orang-orang dan mesin-mesin yang digunakan untuk membuat produk dan menyediakan berbagai jasa.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud tata letak?
2.      Bagaimana pentingnya perencanaan tata letak?
3.      Apa tujuan perencanaan tata letak?
4.      Apa saja pola tata letak?

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi Tata Letak
Tata letak (layout) adalah susunan letak fasilitas operasional perusahaan, baik yang ada didalam bangunan maupun yang ada diluar.[1]
Tata letak atau layout merupakan salah satu keputusan strategis operasional yang turut menentukan efisiensi operasi perusahaan dalam jangka panjang.
Tata letak yang tepat menunjukkan ciri-ciri adanya penyesuaian tata letak fasilitas operasional itu dengan jenis produk atau jasa yang dihasilkan, dan proses konversinya. Tata letak yang baik akan memberikan suatu kontribusi terhadap peningkatan produktifitas perusahaan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya kelancaran arus faktor-faktor produksi yang akan diproses, mulai sejak disiapkan  dan diserahkan kedalam pemrosesan sampai menjadi produk akhir (final product). Disamping itu, karyawan yang terlibat secara langsung dalam pemrosesan dapat bergerak lebih leluasa tanpa kekhawatiran akan kemungkinan kecelakaan. Dengan demikian, tata letak yang baik juga akan menyebabkan karyawan bekerja dengan aman dan jauh dari tekanan perasaan.
Tata letak mencakup desain dari bagian-bagian, pusat kerja dan peralatan yang membentuk proses perubahan dari bahan mentah menjadi bahan jadi. Tata letak merupakan suatu keputusan penting yang menentukan efisiensi sebuah operasi dalam jangka panjang. Tata letak memiliki beberapa dampak strategis karena tata letak menentukan daya saing perusahaan dalam hal kapasitas, proses, fleksibilitas, dan biaya.

B.     Pentingnya Perencanaan Tata Letak
Pada umumnya perencanaan tata letak dan modifikasinya akan senantiasa diperlukan disetiap perusahaan. Kebutuhan memodifikasi itu disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu :
1.      Terjadinya perubahan desain produk secara terus menerus
Perubahan desain dari suatu produk secara terus menerus untuk membuat produk baru dalam suatu perusahaan akan mengakibatkan terdapatnya perencanaan tata letak yang baru pula bagi perusahaan tersebut. Perubahan desain produk ini sering kali akan mengakibatkan pula terjadinya perubahan didalam pelaksanaan proses produksi di perusahaan yang bersangkutan.
2.      Adanya perubahan volume permintaan
Terjadinya perubahan volume permintaan terhadap produk yang dihasilkan perusahaan akan berakibat pula terhadap volume produksi. Perubahan itu harus dilakukan penyesuaian agar volume produksi selalu sama dengan, atau mampu menjawab volume permintaan yang ada. Perubahan volume aktivitas tersebut tentu akan berdampak pada tata letak yang ada dan dipergunakan oleh perusahaan pada waktu sekarang ini. Perubahan atas volume permintaan dapat berbentuk kenaikan permintaan dan dapat pula merupakan penurunan permintaan.
3.      Kemungkinan penggantian fasilitas agar selalu baru (up to date)
Dengan adanya perkembangan teknologi yang cepat, dan kemunduran kemampuan alat secara teknis akibat penggunaan, maka dalam beberapa periode waktu kemudian, mesin dan peralatan produksi yang ada sudah harus diganti. Penggantian tersebut ditujukan untuk dapat menyamai dan bila perlu, melampaui keandalan mesin dan peralatan produksi perusahaan saingan. Dengan kondisi teknis yang lebih modern, maka perusahaan mampu memproduksi produk dengan lebih efisien. Pada saat yang sama, penggunaan teknologi yang jauh lebih maju akan meningkatkan daya saing perusahaan. Pada umumnya, mesin dan peralatan produksi dengan teknologi yang lebih maju akan dapat dipergunakan untuk melaksanakan proses produksi dengan biaya produksi yang lebih murah serta mempunyai tingkat produktifitas yang lebih tinggi.
Sehubungan dengan hal itu, perusahaan harus sudah memiliki rancangan untuk melakukan penggantian mesin dan peralatan produksi lainnya dimasa yang akan datang. Dengan mesin dan peralatan produksi yang teknologinya lebih maju, akan memampukan manajemen perusahaan untuk memperbaiki daya saing perusahaan. Sejalan dengan penjelasan itu, maka pengadaan suatu perencanaan penggantian mesin dan peralatan produksi harus sudah dilakukan oleh manajemen perusahaan. Penggantian mesin akan mengakibatkan perlunya manajemen melakukan pembuatan tata letak baru yang sesuai dengan karakteristik mesin dan peralatan produksi yang baru itu.
4.      Adanya penambahan produk baru
Penambahan produk baru serta pengembangan produk yang sudah ada akan menjadi kegiatan yang selalu ada didalam sebuah perusahaan manufaktur.
Apabila proses produksi dari produk yang baru memiliki banyak perbedaan dibandingkan dengan produk-produk yang sudah ada maka perubahan-perubahan pelaksanaaan proses produksi di dalam perusahaan yang bersangkutan menjadi cukup besar pula. Perubahan mendasar yang terjadi didalam pelaksanaan proses produksi untuk menyesuaikan tata letak dengan proses produksi perlu dilakukan untuk menjamin arus pengerjaan produk di dalam pabrik benar-benar dapat dipertahankan pada tingkat yang paling optimal. Apabila perubahan atas kebutuhan pelaksanaan proses produksi tidak diselaraskan dengan tata letak pabrik akan berakibat terhadap kurang lancarnya pelaksanaan pengerjaan.
5.      Adanya kondisi lingkungan kerja yang tidak memuaskan
Didalam suatu perusahaan, kondisi lingkungan kerja akan sangat berpengaruh terhadap tingkat produktifitas kerja para karyawan. Diantara faktor kondisi lingkungan kerja yang memerlukan perhatian adalah, suara bising yang dapat menimbulkan gangguan ketenangan kerja, penerangan yang tidak sesuai atau kurang terang, uhu udara yang panas ataupun terlalu dingin, warna ruang kerja yang dipergunakan mencolok sehingga mengganggu penglihatan, dan sebagainya.
Untuk melakukan perbaikan kondisi lingkungan kerja ini, manajemen perusahaan perlu menyusun perencanaan tata letak pabrik yang cocok dengan berbagai hal yang dibutuhkan oleh pelaksanaan pekerjaan yang dibebankan kepada para karyawan. Dengan cara demikian, segenap karyawan perusahaan dapat bekerja dengan lebih baik, produktif, efektif, efisien, dan ekonomis.
6.      Resiko kecelakaan kerja dalam proses produksi
Dihubungkan dengan usaha meminimumkan kecelakaan kerja ini, maka tata letak mesin dan peralatan produksi harus dilakukan sedemikian rupa sehingga dicapai derajat kesesuaian yang tinggi dengan kebutuhan kerja. Kesesuaian tata letak dengan kebutuhan pelaksanaan pekerjaan, serta dilengkapinya mesin dan peralatan produksi dengan alat-alat pencegah bahaya, akan menurunkan resiko kecelakaan kerja. Dengan demikian, penyusunan tata letak pabrik, peletakan, penataan mesin dan peralatan produksi, harus menciptakan lingkungan kerja yang aman kepada para karyawan pabrik yang bersangkutan.
7.      Kebutuhan akan penghematan biaya
Diantara berbagai kegiatan yang perlu mendapatkan perhatian dalam merumuskan tata letak adalah jarak tempuh dari pemindahan bahan baku, barang setengah jadi, atau barang jadi yang dihasilkan. Jarak angkat dan angkut tersebut harus diminimalkan. Jarak angkat, volume dan berat bahan, produk yang sedang dalam pekerjaan, dan hasil selesai, akan menentukan jenis peralatan material handling yang diperlukan. Faktor-faktor itu jika tidak dicermati dari awal, akan mengakibatkan terjadinya kelambatan proses, pemborosan waktu, dan sumber daya lainnya sehingga dapat mengakibatkan rendahnya produktifitas dan efisiensi perusahaan pabrik yang bersangkutan.
8.      Mendukung pergeseran/perluasan lokasi pasar produk perusahaan
Kenyataan menunjukkan bahwa, beberapa perusahaan yang berhasil dalam melaksanakan bisnisnya, akan mendapatkan pasar yang lebih luas. Perluasan pasar kadang-kadang diikuti oleh suatu pertambahan lokasi pemasaran atas produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Terjadinya pergeseran dan perluasan lokasi pasar dapat berdampak pada penataan pabrik.

C.    Tujuan Perencanaan Tata Letak
Secara umum, tujuan dari perencanaan tata letak adalah untuk mendapatkan susunan tata letak yang paling optimal dari fasilitas-fasilitas produksi yang tersedia didalam perusahaan. Dengan adanya susunan tata letak yang optimal, maka diharapkan pelaksanaan proses produksi di dalam perusahaan tersebut akan dapat berjalan dengan lancar dan para karyawan akan dapat menyelesaikan tugas yang dibebankan kepada mereka dengan baik pula.
Secara lebih rinci, tujuan perencanaan tata letak mencakup beberapa hal, diantaranya yaitu:
1.       Meminimumkan material handling cost
2.      Efektifitas penggunaan ruangan pabrik
3.      Tingkat penggunaan tenaga kerja pabrikasi
4.      Mengurangi kendala kelancaran proses produksi
5.      Memudahkan komunikasi[2]

D.    POLA LAYOUT
Ada 4 pola dasar umum layout, diantaranya:
1.    Layout Fungsional
Layout fungsional dapat disebut dengan layout proses, pada dasarnya layout proses adalah penataan letak fasilitas dan mesin atau peralatan produksi yang dikelompokkan menurut fungsinya.
Ciri-ciri tata letak ini adalah a) arus kegiatan pengolahan atau pengerjaan produk berbeda antara batch yang satu dengan yang lainnya, atau antara pesanan pelanggan yang satu dengan yang lainnya, b) produk yang dibuat tergolong produk ynag tidak terstandarisasi, spesifikasinya disesuaikan degan pesanan pelanggan, c) volume produksi terbatas tapi ragamnya banyak, d) mesin atau peralatan produksi yang dipergunakan adalah multipurpose machine, dan e) pelanggan yang menentukan desain produk.

2.    Layout Produk
Layout produk lazim pula disebut flow shop or continuous production system layout adlah penataan dari mesin, fasilitas, dan penataan produksi menurut urutan pengerjaan untuk menyelesaikan jasa yang akan diserahkan. Unit-unit produksi akan memiliki urutan proses pengerjaan yang sama.
Ciri-ciri  tata  letak ini adalah  a) produk yang dihasilkan adalah produk yang sudah terstandarisasi, b) volume produksi tinggi, c) urutan proses pengerjaan tetap, dan d) proses produksi bersifat kontinu.
3.    Layout Kelompok
Layout kelompok memisah-misahkan daerah-daerah dan kelompok-kelompok mesin bagi pembuatan “keluarga” komponen-komponen yang memerlukan pemrosesan yang sejenis. Setiap komponen diselesaikan di daerah-daerah spesialisasi ini dengan keseluruhan urutan pengerjaan mesin dilakukan di tempat tersebut.
Beberapa keunggulan dari layout kelompok adalah a) penghematan biaya penanganan bahan, b) waktu pengiriman dapat lebih tepat diperkirakan dan sceduling menjadi sederhana, c) biaya penyimpanan sering dapat dikurangi karena dapat mendasarkan diri pada operasi yang lalu, jadi membuatnya mungkin untuk mempergunakan bagian dari set up yang telah tersusun.
4.    Layout Posisi Tetap
Layout posisi tetap lazim pula disebut dengan layout proyek, tata letak ini sering digunakan untuk produk-produk yang besar dan kompleks, seperti pertanian pabrik-pabrik, turbin listrik, kapal terbang dan lain-lain.
Dalam tata letak posisi tetap, produk yang dikerjakan tetap berada di posisinya di suatu tempat pengerjaan yang ditentukan.
Pada umumnya, tata letak posisi tetap menjadi rumit karena dipengaruhi oleh faktor: a) ruang geraknya terbatas, proses harur berada dilokasi pengerjaan, b) pada tahap-tahap konstruksi diperlukan bahan baku yang berbeda-beda, sehingga diperlukan penjadwalan yang cermat, c) jumlah bahan baku bervariasi.[3]

E.     KASUS TATA LETAK
Tata letak produk[4]
Pada tata letak produk sebagaimana telah dikemukakan di depan bahwa kendala utama yang harus dipecahkan adalah teciptanya keseimbangan beban antara sesama work station atau pekerja yang ada dalam lini. Keseimbangan beban ini lazim dikenal dengan line balancing.
Efisiensin dihitung dengan formulasi sebagai berikut:
                        E =     T
       Nd ( Cd)
Nd = T/Cd
Cd =waktu yang tersedia untuk produksi dibagi dengan volume keluaran yang disyaratkan.
Waktu menganggur dari lini pengerjaan diperoleh melalui operasi :
1 – E.
            Dimana:
E   = derajat efisiensi
T   = waktu total pengerjaan 1 unit produk
Nd = jumlah aktual pekerja
Cd = waktu siklus yang disyaratkan

Contoh:
Sebuah usaha rumah tangga mengelola usaha konveksi antara lain memproduksi kemeja laki-laki dewasa. Kegiatan yang ada, urutan dan waktu derada dalam tabel dibawah ini:
No
Kegiatan
Simbol
Pendahuluan
Waktu / menit
1
Meletakkan kain dan pola
A
-
2
2
Menggunting
B
A
4
3
Jahit lengan dan manset
C
B
5
4
Jahit kerah/leher
D
B
4
5
Jahit pinggir badan baju
E
B
4
6
Menyatukan komponen
F
C,D,E
6
7
Membuat lubang kancing
G
F
4
8
Pasang kancing dan setrika
H
G
6
9
Lipat dan rapikan
I
H
3
10
Kemas dan finishing
J
I
4
Total
42
Jam kerja efektif per hari 7 jam. Manajemen mentargetkan per hari menghasilkan 42 lembar. Dengan T = 42 menit.
Penyelesaian:











bCd  = 7 jam x 60 menit  = 10 menit/lembar
            42 lembar
c.       Nt = T/Cd  =  42/10 = 4,2 buah         dibulatkan menjadi 5 buah
d.      Proses alokasi tugas sebagai berikut:
WS
Tugas
Waktu
Waktu Tersisa
Tugas Lain
Kriteria Waktu Terlama
Kriteria Pengikut Terbanyak
Kpts.
I
A
B
E
2
4
4
8
4
0
B
D,E
-
-
D,E
-
-
D,E
-
B
E
-
II
C
D
5
4
5
1
E
-
-
-
-
-
E
-
III
F
G
6
4
4
0
G
-
-
-
-
-
G
-
IV
H
I
6
3
4
1
I
-
-
-
-
-
I
-
V
J
4
6
-
-
-
-

e.       Efisiensi alokasi beban:
E =    42      x 100 = 84 %
       5 x 10
Fasilitas akan menganggur sekitar 100% - 84% = 16%


DAFTAR PUSTAKA

Justin G Longenecker dkk, Kewira Usahaan Manajemen Usaha Kecil, Salemba Empat, Jakarta, 2001
Murdifin Haming Dan Mahfud Nurnajamuddin, Manajemen Produksi Modern:Operasi Manufaktur Dan Jasa, Bumi Aksara, Jakarta, 2007
T Hani Handoko, Dasar-dasar Manajemen Produksi Dan Operasi, BPFE, Yogyakarta, 2000


[1] Justin G Longenecker dkk, Kewira Usahaan Manajemen Usaha Kecil, Salemba Empat, Jakarta, 2001, hlm 240
[2] Murdifin Haming Dan Mahfud Nurnajamuddin, Manajemen Produksi Modern:Operasi Manufaktur Dan Jasa, Bumi Aksara, Jakarta, 2007, hlm 285-296
[3] T Hani Handoko, Dasar-dasar Manajemen Produksi Dan Operasi, BPFE, Yogyakarta, 2000, hlm 106-111
[4] Murdifin Haming dan Mahfud Nurnajamuddin, Op.Cit., hlm 315-319


Tidak ada komentar:

Posting Komentar