BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bagi keseluruhan perusahaan jenis apapun, baik
yang bergerak dalam bidang manufaktur ataupun jasa tentu menyadari bahwa
kelangsungan hidup perusahaan jauh lebih penting dibanding hanya laba yang
besar semata.
Untuk mendapatkan keuntungan,
produk yang dihasilkan harus sesuai dengan keinginan konsumen dan mampu menjadikan
konsumen merasakan kepuasan terhadap produk yang disediakan. Biasanya masalah
yang akan timbul adalah lokasi dimana perusahaan akan didirikan serta
letak-letak dari masing-masing departemen dari perusahaan tersebut.
Hal ini sangatlah penting, karena lokasi
berdirinya perusahaan tersebut akan mempengaruhi bukan saja komponen internal
perusahaan tetapi juga komponen eksternal serta variable yang berkaitan. Begitu
juga dengan perencanaan tata letak yang tepat akan bermanfaat bagi
efisiensi dan kelancaran aktifitas dari
perusahaan tersebut, sehingga beban atau biaya aliran material yang tidak
diperlukan bisa dihilangkan atau diminimalisasikan.
Manajemen produksi dan
operasi mencakup penyediaan dan pemeliharaan bangunan-bangunan dan berbagai
pelayanan yang dibutuhkan untuk menempatkan, menyimpan, melindungi dan melayani
orang-orang dan mesin-mesin yang digunakan untuk membuat produk dan menyediakan
berbagai jasa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud tata letak?
2. Bagaimana pentingnya
perencanaan tata letak?
3. Apa tujuan perencanaan tata
letak?
4. Apa saja pola tata letak?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Definisi Tata Letak
Tata letak (layout) adalah
susunan letak fasilitas operasional perusahaan, baik yang ada didalam bangunan
maupun yang ada diluar.[1]
Tata letak atau layout merupakan salah satu
keputusan strategis operasional yang turut menentukan efisiensi operasi
perusahaan dalam jangka panjang.
Tata letak yang tepat
menunjukkan ciri-ciri adanya penyesuaian tata letak fasilitas operasional itu
dengan jenis produk atau jasa yang dihasilkan, dan proses konversinya. Tata
letak yang baik akan memberikan suatu kontribusi terhadap peningkatan
produktifitas perusahaan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya kelancaran arus
faktor-faktor produksi yang akan diproses, mulai sejak disiapkan dan diserahkan kedalam pemrosesan sampai
menjadi produk akhir (final product).
Disamping itu, karyawan yang terlibat secara langsung dalam pemrosesan dapat
bergerak lebih leluasa tanpa kekhawatiran akan kemungkinan kecelakaan. Dengan
demikian, tata letak yang baik juga akan menyebabkan karyawan bekerja dengan
aman dan jauh dari tekanan perasaan.
Tata letak mencakup desain
dari bagian-bagian, pusat kerja dan peralatan yang membentuk proses perubahan
dari bahan mentah menjadi bahan jadi. Tata letak merupakan suatu keputusan
penting yang menentukan efisiensi sebuah operasi dalam jangka panjang. Tata
letak memiliki beberapa dampak strategis karena tata letak menentukan daya
saing perusahaan dalam hal kapasitas, proses, fleksibilitas, dan biaya.
B. Pentingnya Perencanaan Tata Letak
Pada umumnya perencanaan tata letak dan
modifikasinya akan senantiasa diperlukan disetiap perusahaan. Kebutuhan
memodifikasi itu disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu :
1. Terjadinya perubahan desain
produk secara terus menerus
Perubahan desain dari suatu
produk secara terus menerus untuk membuat produk baru dalam suatu perusahaan
akan mengakibatkan terdapatnya perencanaan tata letak yang baru pula bagi
perusahaan tersebut. Perubahan desain produk ini sering kali akan mengakibatkan
pula terjadinya perubahan didalam pelaksanaan proses produksi di perusahaan
yang bersangkutan.
2. Adanya perubahan volume
permintaan
Terjadinya perubahan volume
permintaan terhadap produk yang dihasilkan perusahaan akan berakibat pula
terhadap volume produksi. Perubahan itu harus dilakukan penyesuaian agar volume
produksi selalu sama dengan, atau mampu menjawab volume permintaan yang ada.
Perubahan volume aktivitas tersebut tentu akan berdampak pada tata letak yang
ada dan dipergunakan oleh perusahaan pada waktu sekarang ini. Perubahan atas
volume permintaan dapat berbentuk kenaikan permintaan dan dapat pula merupakan
penurunan permintaan.
3. Kemungkinan penggantian
fasilitas agar selalu baru (up to date)
Dengan adanya perkembangan
teknologi yang cepat, dan kemunduran kemampuan alat secara teknis akibat
penggunaan, maka dalam beberapa periode waktu kemudian, mesin dan peralatan
produksi yang ada sudah harus diganti. Penggantian tersebut ditujukan untuk
dapat menyamai dan bila perlu, melampaui keandalan mesin dan peralatan produksi
perusahaan saingan. Dengan kondisi teknis yang lebih modern, maka perusahaan
mampu memproduksi produk dengan lebih efisien. Pada saat yang sama, penggunaan
teknologi yang jauh lebih maju akan meningkatkan daya saing perusahaan. Pada
umumnya, mesin dan peralatan produksi dengan teknologi yang lebih maju akan dapat
dipergunakan untuk melaksanakan proses produksi dengan biaya produksi yang
lebih murah serta mempunyai tingkat produktifitas yang lebih tinggi.
Sehubungan dengan hal itu,
perusahaan harus sudah memiliki rancangan untuk melakukan penggantian mesin dan
peralatan produksi lainnya dimasa yang akan datang. Dengan mesin dan peralatan
produksi yang teknologinya lebih maju, akan memampukan manajemen perusahaan
untuk memperbaiki daya saing perusahaan. Sejalan dengan penjelasan itu, maka
pengadaan suatu perencanaan penggantian mesin dan peralatan produksi harus
sudah dilakukan oleh manajemen perusahaan. Penggantian mesin akan mengakibatkan
perlunya manajemen melakukan pembuatan tata letak baru yang sesuai dengan
karakteristik mesin dan peralatan produksi yang baru itu.
4. Adanya penambahan produk baru
Penambahan produk baru serta
pengembangan produk yang sudah ada akan menjadi kegiatan yang selalu ada
didalam sebuah perusahaan manufaktur.
Apabila proses produksi dari produk yang baru
memiliki banyak perbedaan dibandingkan dengan produk-produk yang sudah ada maka
perubahan-perubahan pelaksanaaan proses produksi di dalam perusahaan yang
bersangkutan menjadi cukup besar pula. Perubahan mendasar yang terjadi didalam
pelaksanaan proses produksi untuk menyesuaikan tata letak dengan proses
produksi perlu dilakukan untuk menjamin arus pengerjaan produk di dalam pabrik
benar-benar dapat dipertahankan pada tingkat yang paling optimal. Apabila
perubahan atas kebutuhan pelaksanaan proses produksi tidak diselaraskan dengan
tata letak pabrik akan berakibat terhadap kurang lancarnya pelaksanaan
pengerjaan.
5. Adanya kondisi lingkungan
kerja yang tidak memuaskan
Didalam suatu perusahaan,
kondisi lingkungan kerja akan sangat berpengaruh terhadap tingkat produktifitas
kerja para karyawan. Diantara faktor kondisi lingkungan kerja yang memerlukan
perhatian adalah, suara bising yang dapat menimbulkan gangguan ketenangan kerja,
penerangan yang tidak sesuai atau kurang terang, uhu udara yang panas ataupun
terlalu dingin, warna ruang kerja yang dipergunakan mencolok sehingga
mengganggu penglihatan, dan sebagainya.
Untuk melakukan perbaikan
kondisi lingkungan kerja ini, manajemen perusahaan perlu menyusun perencanaan
tata letak pabrik yang cocok dengan berbagai hal yang dibutuhkan oleh
pelaksanaan pekerjaan yang dibebankan kepada para karyawan. Dengan cara
demikian, segenap karyawan perusahaan dapat bekerja dengan lebih baik,
produktif, efektif, efisien, dan ekonomis.
6. Resiko kecelakaan kerja dalam
proses produksi
Dihubungkan dengan usaha
meminimumkan kecelakaan kerja ini, maka tata letak mesin dan peralatan produksi
harus dilakukan sedemikian rupa sehingga dicapai derajat kesesuaian yang tinggi
dengan kebutuhan kerja. Kesesuaian tata letak dengan kebutuhan pelaksanaan
pekerjaan, serta dilengkapinya mesin dan peralatan produksi dengan alat-alat
pencegah bahaya, akan menurunkan resiko kecelakaan kerja. Dengan demikian,
penyusunan tata letak pabrik, peletakan, penataan mesin dan peralatan produksi,
harus menciptakan lingkungan kerja yang aman kepada para karyawan pabrik yang
bersangkutan.
7. Kebutuhan akan penghematan
biaya
Diantara berbagai kegiatan
yang perlu mendapatkan perhatian dalam merumuskan tata letak adalah jarak
tempuh dari pemindahan bahan baku, barang setengah jadi, atau barang jadi yang
dihasilkan. Jarak angkat dan angkut tersebut harus diminimalkan. Jarak angkat,
volume dan berat bahan, produk yang sedang dalam pekerjaan, dan hasil selesai,
akan menentukan jenis peralatan material handling yang diperlukan.
Faktor-faktor itu jika tidak dicermati dari awal, akan mengakibatkan terjadinya
kelambatan proses, pemborosan waktu, dan sumber daya lainnya sehingga dapat
mengakibatkan rendahnya produktifitas dan efisiensi perusahaan pabrik yang
bersangkutan.
8. Mendukung
pergeseran/perluasan lokasi pasar produk perusahaan
Kenyataan menunjukkan bahwa,
beberapa perusahaan yang berhasil dalam melaksanakan bisnisnya, akan
mendapatkan pasar yang lebih luas. Perluasan pasar kadang-kadang diikuti oleh
suatu pertambahan lokasi pemasaran atas produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
Terjadinya pergeseran dan perluasan lokasi pasar dapat berdampak pada penataan
pabrik.
C. Tujuan Perencanaan Tata Letak
Secara umum, tujuan dari
perencanaan tata letak adalah untuk mendapatkan susunan tata letak yang paling
optimal dari fasilitas-fasilitas produksi yang tersedia didalam perusahaan.
Dengan adanya susunan tata letak yang optimal, maka diharapkan pelaksanaan
proses produksi di dalam perusahaan tersebut akan dapat berjalan dengan lancar
dan para karyawan akan dapat menyelesaikan tugas yang dibebankan kepada mereka
dengan baik pula.
Secara lebih rinci, tujuan perencanaan tata
letak mencakup beberapa hal, diantaranya yaitu:
1. Meminimumkan material handling cost
2. Efektifitas penggunaan
ruangan pabrik
3. Tingkat penggunaan tenaga
kerja pabrikasi
4. Mengurangi kendala kelancaran
proses produksi
5. Memudahkan komunikasi[2]
D. POLA LAYOUT
Ada 4 pola dasar umum layout, diantaranya:
1. Layout Fungsional
Layout fungsional dapat
disebut dengan layout proses, pada dasarnya layout proses adalah penataan letak
fasilitas dan mesin atau peralatan produksi yang dikelompokkan menurut
fungsinya.
Ciri-ciri tata letak ini
adalah a) arus kegiatan pengolahan atau pengerjaan produk berbeda antara batch
yang satu dengan yang lainnya, atau antara pesanan pelanggan yang satu dengan
yang lainnya, b) produk yang dibuat tergolong produk ynag tidak
terstandarisasi, spesifikasinya disesuaikan degan pesanan pelanggan, c) volume
produksi terbatas tapi ragamnya banyak, d) mesin atau peralatan produksi yang
dipergunakan adalah multipurpose machine, dan e) pelanggan yang menentukan
desain produk.
2. Layout Produk
Layout produk lazim pula
disebut flow shop or continuous production system layout adlah penataan dari
mesin, fasilitas, dan penataan produksi menurut urutan pengerjaan untuk
menyelesaikan jasa yang akan diserahkan. Unit-unit produksi akan memiliki
urutan proses pengerjaan yang sama.
Ciri-ciri tata
letak ini adalah a) produk yang
dihasilkan adalah produk yang sudah terstandarisasi, b) volume produksi tinggi,
c) urutan proses pengerjaan tetap, dan d) proses produksi bersifat kontinu.
3. Layout Kelompok
Layout kelompok
memisah-misahkan daerah-daerah dan kelompok-kelompok mesin bagi pembuatan
“keluarga” komponen-komponen yang memerlukan pemrosesan yang sejenis. Setiap
komponen diselesaikan di daerah-daerah spesialisasi ini dengan keseluruhan
urutan pengerjaan mesin dilakukan di tempat tersebut.
Beberapa keunggulan dari
layout kelompok adalah a) penghematan biaya penanganan bahan, b) waktu
pengiriman dapat lebih tepat diperkirakan dan sceduling menjadi sederhana, c)
biaya penyimpanan sering dapat dikurangi karena dapat mendasarkan diri pada
operasi yang lalu, jadi membuatnya mungkin untuk mempergunakan bagian dari set
up yang telah tersusun.
4. Layout Posisi Tetap
Layout posisi tetap lazim
pula disebut dengan layout proyek, tata letak ini sering digunakan untuk
produk-produk yang besar dan kompleks, seperti pertanian pabrik-pabrik, turbin
listrik, kapal terbang dan lain-lain.
Dalam tata letak posisi
tetap, produk yang dikerjakan tetap berada di posisinya di suatu tempat
pengerjaan yang ditentukan.
Pada umumnya, tata letak
posisi tetap menjadi rumit karena dipengaruhi oleh faktor: a) ruang geraknya
terbatas, proses harur berada dilokasi pengerjaan, b) pada tahap-tahap
konstruksi diperlukan bahan baku yang berbeda-beda, sehingga diperlukan
penjadwalan yang cermat, c) jumlah bahan baku bervariasi.[3]
E. KASUS TATA LETAK
Tata letak produk[4]
Pada tata letak produk sebagaimana telah
dikemukakan di depan bahwa kendala utama yang harus dipecahkan adalah
teciptanya keseimbangan beban antara sesama work station atau pekerja
yang ada dalam lini. Keseimbangan beban ini lazim dikenal dengan line
balancing.
Efisiensin dihitung dengan
formulasi sebagai berikut:
E = T
Nd ( Cd)
Nd = T/Cd
Cd =waktu yang
tersedia untuk produksi dibagi dengan volume keluaran yang disyaratkan.
Waktu menganggur dari lini
pengerjaan diperoleh melalui operasi :
1 – E.
Dimana:
E = derajat efisiensi
T = waktu total pengerjaan 1 unit produk
Nd = jumlah aktual
pekerja
Cd = waktu siklus
yang disyaratkan
Contoh:
Sebuah usaha rumah tangga mengelola usaha
konveksi antara lain memproduksi kemeja laki-laki dewasa. Kegiatan yang ada,
urutan dan waktu derada dalam tabel dibawah ini:
No
|
Kegiatan
|
Simbol
|
Pendahuluan
|
Waktu / menit
|
1
|
Meletakkan kain dan pola
|
A
|
-
|
2
|
2
|
Menggunting
|
B
|
A
|
4
|
3
|
Jahit lengan dan manset
|
C
|
B
|
5
|
4
|
Jahit kerah/leher
|
D
|
B
|
4
|
5
|
Jahit pinggir badan baju
|
E
|
B
|
4
|
6
|
Menyatukan komponen
|
F
|
C,D,E
|
6
|
7
|
Membuat lubang kancing
|
G
|
F
|
4
|
8
|
Pasang kancing dan setrika
|
H
|
G
|
6
|
9
|
Lipat dan rapikan
|
I
|
H
|
3
|
10
|
Kemas dan finishing
|
J
|
I
|
4
|
Total
|
42
|
Jam kerja efektif per hari 7 jam. Manajemen
mentargetkan per hari menghasilkan 42 lembar. Dengan T = 42 menit.
Penyelesaian:
bCd = 7 jam x 60 menit = 10 menit/lembar
42 lembar
c.
Nt = T/Cd = 42/10
= 4,2 buah dibulatkan menjadi 5
buah
d.
Proses alokasi tugas
sebagai berikut:
WS
|
Tugas
|
Waktu
|
Waktu Tersisa
|
Tugas Lain
|
Kriteria Waktu Terlama
|
Kriteria Pengikut Terbanyak
|
Kpts.
|
I
|
A
B
E
|
2
4
4
|
8
4
0
|
B
D,E
-
|
-
D,E
-
|
-
D,E
-
|
B
E
-
|
II
|
C
D
|
5
4
|
5
1
|
E
-
|
-
-
|
-
-
|
E
-
|
III
|
F
G
|
6
4
|
4
0
|
G
-
|
-
-
|
-
-
|
G
-
|
IV
|
H
I
|
6
3
|
4
1
|
I
-
|
-
-
|
-
-
|
I
-
|
V
|
J
|
4
|
6
|
-
|
-
|
-
|
-
|
e.
Efisiensi alokasi beban:
E = 42
x 100 = 84 %
5 x 10
Fasilitas
akan menganggur sekitar 100% - 84% = 16%
DAFTAR PUSTAKA
Justin G Longenecker dkk, Kewira Usahaan Manajemen Usaha Kecil,
Salemba Empat, Jakarta, 2001
Murdifin Haming Dan Mahfud
Nurnajamuddin, Manajemen Produksi
Modern:Operasi Manufaktur Dan Jasa, Bumi Aksara, Jakarta, 2007
T Hani Handoko, Dasar-dasar Manajemen Produksi Dan Operasi,
BPFE, Yogyakarta, 2000
[1] Justin G Longenecker
dkk, Kewira Usahaan Manajemen Usaha
Kecil, Salemba Empat, Jakarta, 2001, hlm 240
[2] Murdifin Haming Dan
Mahfud Nurnajamuddin, Manajemen Produksi
Modern:Operasi Manufaktur Dan Jasa, Bumi Aksara, Jakarta, 2007, hlm 285-296
[3] T Hani Handoko, Dasar-dasar Manajemen Produksi Dan Operasi,
BPFE, Yogyakarta, 2000, hlm 106-111
[4] Murdifin Haming dan Mahfud Nurnajamuddin, Op.Cit., hlm 315-319
Tidak ada komentar:
Posting Komentar